Selasa, 14 September 2021

Jangan Tinggi Hati, Posisikan Dirimu Seumpama Alas Kaki

 

                                            Alas Kaki Mengajarkan Manusia Rendah Hati (Ist)

Keseharian alas kaki apapun   brand dan seberapa mahal harganya, hanya sebatas alas kaki. Sehari-harinya menghabiskan sebagaian besar waktu berada di bawah ,  kecuali sedang dijemur seusai dicuci atau dipajang dirak yang merupakan jeda waktu istimewa setelah seharian diinjak-injak dan menapaki jalanan dengan berbagai situasi dan kondisi. 

Sejarah usia alas kaki sejatinya sudah sangat tua, mungkin seusia kehadiran manusia di bumi ini dengan model dan bahan baku yang seadanya. Tetapi seiring perjalanan waktu alas kaki bermetamorfosis menjadi 1001 macam model. Bahkan barang satu ini, telah  menjadi kebutuhan primer masyarakat dunia. 

Fungsi dasarnya untuk sebatas melindungi telapak  kaki dari kerikil, benda tajam, debu, hingga lumpur. Keberadaannya yang di bawah, kurang kelihatan membuat banyak orang memandang dengan sebelah mata. Kehadirannya  selalu berpasangan, kanan dan kiri, alas kaki tidak akan berarti kalau sendiri (ka atau ki saja). 

Dipandang sebelah mata, tetapi mempunyai kandungan filosofi yang sangat tinggi. Ketika pemuka agama memberikan nasehat kepada calon pasangan pengantin selalu mendoakan agar dalam membangun  mahligai rumah tangga harus selalu bersama-sama dengan analogi  alas kaki. 

Kolaborasi pasangan suami-istri  dipastikan akan memudahkan dalam menyelesaikan riak-riak hingga badai rumah tangga agar tetap kokoh berdiri. Bahkan dalam kondisi tertentu kalau terjadi selisih paham diantara keduanya jangan sampai mengedepankan ego pribadi. Itu seumpama alas kaki harus saling melengkapi. 

Suami sebagai partner istri, seyogyanya harus mengedepankan saling pengertian, ibarat alas kaki selalu  mengikuti langkah kaki yang berbeda untuk sampai pada tujuan.  Dari filosofi  alas kaki,  manusia disadarkan bahwa sejatinya segala penghuni bumi tidak ada yang sempurna. 

Perumpamaan alas kaki, dia akan menapaki karpet merah yang sama, mencebur dalam got yang sama, menapaki jalan berbatu, bahkan ketika naik gunung juga akan berada di ketinggian yang sama juga. 5u7o 

Tidak ada komentar:

Muntilan - Betlehem "van Java", Magnet Dua Kota Beda Budaya

                                                                       Kolese Franciscus Xaverius (SMAPL) Van Lith (Ist) Kota Muntilan mend...