Indonesia akhir-akhir ini dinobatkan sebagai negara paling santai di dunia. Demikian hasil sebuah riset yang dilakukan oleh sebuah agen perjalanan di Negeri Ratu Elizabeth, menempatkan Indonesia sebagai jawara, alias urutan pertama negara tersantai di dunia. Ini mengalahkan negara-negara yang sudah mapan dan maju seperti; Australia, Islandia, dan Selandia Baru.
Survei bertajuk "Most Chilled Out Countries in The World" atau Negara Paling Santai di Dunia dirilis oleh sebuah agen perjalanan ternama Lastminute.com pada Januari 2019 lalu, Lastminute menyatakan telah melakukan analisa secara komprehensif dari risetnya itu.
Hasilnya Indonesia unggul dalam banyak hal dibandingkan dengan negara-negara lain yang selama ini menjadi tujuan utama wisata dunia. Faktor menonjol yang membuat Indonesia menduduki peringkat pertama kenyamanan dalam berwisata yakni; hak pribadi warga negara, polusi suara dan cahaya, suhu, jumlah hari libur, hingga jumlah penyedia jasa spa kualitas sangat maju dan kuantitas menyebar hampir merata di pusat-pusat tujuan wisata.
"Dalam riset tersebut, kata paling santai bukan dalam artian malas, melainkan santai dalam hal destinasi, sehingga cocok menjadi tempat liburan terbaik di dunia", seperti di kutip oleh Kompas.com, (29/8/2021).
Santai
Penulis saat membaca artikel ini segera muncul pertanyaan ganjil. Negara tersantai di dunia terkesan aneh, dianggap sebagai sebuah prestasi mendunia. Pasalnya konotasi kata santai selama ini kurang positif, apalagi sangat membanggakan! Istilah ini, oleh kalangan milenial justru diplesetkan menjadi kata "santuy".
Mengutip Rancah.com, ungkapan santuy ini biasanya digunakan untuk memvonis perilaku nitizen yang gampang terpengaruh oleh kometar-komentar miring di akun medsos miliknya, alias suka baperan. Agar hal itu tidak berdampak negatif bagi yang bersangkutan dalam menjalani aktivitas sehari-hari maka orang kemudian menguatkan hati si baperan agar dalam menanggapi semua permasalahan itu dengan cara santuy. "Santuy saja Bro tidak perlu berpikir yang berlebihan! Pasalnya berpikir berlebihan terhadap nyinyiran nitizen hanya akan membuat hidup tidak nyaman, selalu dihantui perasaan kuatir dan was-was!"
Itu hanya akan menggerogoti rasa percaya diri (minder dan merasa tidak pantas). Ujung-ujungnya hidup tidak akan bahagia dan tenang karena menganggp diri sendiri tidak berarti (nothing). Lebih baik berpikir santuy, tetapi bukan berarti tidak melakukan apa-apa (malas berkelanjutan). Sebagai manusia produktif harus selalu bisa menemukan cara kreatif untuk terus maju dan pintar mengelola persoalan pribadi.
Versi lain, santuy juga bisa diterapkan untuk menjawab beban hidup yang dirasa sangat berat dan sudah memunculkan kebosanan karena kehidupan merasa sangat ruwet dan stagnan. Obat manjur yang harus diusahakan adalah dengan istirahat dan santai yang cukup. Istirahat dan santai memberikan kesempatan pikiran dan badan untuk rilaks, melepaskan beban dari ketidakpuasan akan buah dari perjuangan, bahkan kehancuran lebih dalam dari kesia-siaan karena pengalaman hidup gagal total (gatot).
Hati-hati ketika ada tekanan hidup yang mahaberat otot leher seseorang akan merespon dengan ketegangan luar biasa, energi menjadi terkuras habis, tubuh menjadi rentan terhadap berbagai serangan penyakit dari dalam dan luar. Kondisi ini, seharusnya menjadi momen tepat untuk mengambil waktu sejenak bersantai.
Caranya cukup rebahan badan sejenak untuk memanjakan diri atau cara lain dengan keluar dari rutinitas sehari-hari dengan melakukan aktifitas yang disenangi agar tubuh dan pikiran menjadi relaks. Kita percaya bahwa hidup sejatinya tidak hanya mengajarkan tentang keseriusan, tetapi juga bersantai.
Bersantai adalah salah satu cara terbaik untuk bersyukur. Santai bukan berarti lalai, tetapi ada saatnya untuk menyegarkan kembali fokus hidup menuju tujuan yang sedang diperjuangkan. 5u7o