Minggu, 29 Agustus 2021

Hore ... Indonesia Menjadi Jawara Negara Tersantai Di Dunia!

                                             Pantai Pasir Putih Indrayanti Gunung Kidul (5u7o)

Indonesia akhir-akhir ini dinobatkan sebagai negara paling santai di dunia. Demikian hasil sebuah riset yang dilakukan oleh sebuah agen perjalanan di Negeri Ratu Elizabeth,  menempatkan Indonesia sebagai jawara, alias urutan pertama negara tersantai di dunia. Ini mengalahkan negara-negara yang sudah mapan dan maju seperti; Australia, Islandia, dan Selandia Baru. 

Survei bertajuk "Most Chilled Out Countries in The World" atau Negara Paling Santai di Dunia  dirilis oleh sebuah agen perjalanan ternama Lastminute.com pada Januari 2019 lalu,  Lastminute menyatakan telah melakukan analisa secara komprehensif dari risetnya itu.   

Hasilnya Indonesia unggul dalam banyak hal dibandingkan dengan  negara-negara lain yang selama ini menjadi  tujuan utama wisata dunia. Faktor menonjol yang membuat Indonesia menduduki peringkat pertama kenyamanan dalam berwisata yakni;  hak pribadi warga negara, polusi suara dan cahaya, suhu, jumlah hari libur, hingga jumlah penyedia jasa spa  kualitas sangat maju dan kuantitas menyebar hampir merata di pusat-pusat tujuan wisata. 

"Dalam riset tersebut, kata paling santai bukan dalam artian malas, melainkan santai dalam hal destinasi, sehingga cocok menjadi tempat liburan terbaik di dunia", seperti di kutip oleh Kompas.com, (29/8/2021).

Santai

Penulis saat membaca artikel ini segera muncul pertanyaan ganjil. Negara tersantai di dunia terkesan aneh,  dianggap sebagai sebuah prestasi mendunia. Pasalnya konotasi kata santai selama ini kurang positif, apalagi sangat membanggakan! Istilah ini, oleh kalangan milenial justru diplesetkan menjadi kata "santuy".

Mengutip Rancah.com, ungkapan santuy ini biasanya digunakan untuk memvonis perilaku   nitizen yang gampang terpengaruh oleh kometar-komentar miring di akun medsos miliknya, alias suka baperan. Agar hal itu tidak berdampak negatif bagi yang bersangkutan dalam menjalani aktivitas sehari-hari maka orang kemudian menguatkan hati si baperan agar dalam menanggapi semua permasalahan itu dengan cara santuy. "Santuy  saja Bro tidak perlu berpikir yang berlebihan! Pasalnya berpikir berlebihan terhadap nyinyiran nitizen hanya akan membuat hidup tidak nyaman, selalu dihantui perasaan kuatir dan was-was!"

Itu hanya akan menggerogoti rasa percaya diri (minder dan merasa tidak pantas). Ujung-ujungnya hidup tidak akan bahagia dan tenang karena menganggp diri sendiri  tidak berarti (nothing). Lebih baik berpikir santuy, tetapi bukan berarti tidak melakukan apa-apa (malas berkelanjutan). Sebagai manusia produktif harus selalu bisa menemukan cara kreatif untuk terus maju dan pintar mengelola persoalan pribadi.

Versi lain, santuy juga bisa diterapkan untuk menjawab beban hidup yang dirasa sangat berat dan sudah memunculkan kebosanan karena kehidupan merasa sangat ruwet dan stagnan. Obat manjur yang harus diusahakan adalah dengan istirahat  dan santai yang cukup. Istirahat dan santai memberikan kesempatan pikiran dan badan untuk rilaks, melepaskan beban dari ketidakpuasan akan buah dari perjuangan, bahkan kehancuran lebih dalam dari kesia-siaan karena pengalaman hidup gagal total (gatot). 

Hati-hati ketika ada tekanan hidup yang mahaberat otot leher seseorang  akan merespon dengan ketegangan luar biasa, energi menjadi terkuras habis, tubuh menjadi rentan terhadap berbagai serangan  penyakit dari dalam dan luar. Kondisi ini, seharusnya menjadi momen tepat untuk mengambil waktu sejenak bersantai. 

Caranya cukup  rebahan badan sejenak untuk memanjakan diri atau cara lain dengan keluar dari rutinitas sehari-hari  dengan melakukan aktifitas yang disenangi agar tubuh dan pikiran menjadi relaks. Kita percaya bahwa hidup sejatinya tidak hanya mengajarkan tentang keseriusan, tetapi juga bersantai.

Bersantai adalah salah satu cara terbaik untuk bersyukur. Santai bukan berarti lalai, tetapi ada saatnya untuk menyegarkan kembali fokus hidup menuju tujuan yang sedang  diperjuangkan. 5u7o


 



 

Jumat, 27 Agustus 2021

Roda Kehidupan

 

                                    

Mulai hari ini aku harus berani bilang pada diri sendiri; stop tidak jalan

Berhenti untuk sejenak tarik kekang kendali memupus angan dan impian

Meski tidak nyaman, toh akhirnya harus tunduk pada kenyataan

Dunia ini sejatinya hanya kefanaan

Yang ada aksioma rumus perubahan dan dogma ketidaksempurnaan


Kau tahu setengah abad lalu kau adalah baby

Kau tumbuh menjadi curcaci 

Kau kemudian  menjadi  berandalan dan selalu merasa sok jagoan

Kau selalu mengganggap diri  yang paling benar dan harus menang

Kau selalu dihantui rasa haus, lapar, dan tidak pernah puas akan semua keadaan


Senang ketika ada kekacauan, bangga ketika ada perselisihan

Otak selalu berontak karena tidak tahu cara keluar dari belenggu ketidakberdayaan

Sulit mengakui, apalagi mengatakan  sebuah kegagalan

Dalam lubuk hati terdalam ada ketakutan keluar dari kenyamanan

Kepura-puraan mengangkangi kekuatan nalar, kesemuan dari rasa aman


Tidur lelap tidak asyik tanpa adanya bumbu-bumbu mimpi

Karena besuk bangun pagi akan kehabisan cerita rekaan pemantik imajinasi 

Mengapa sih semua orang harus susah-payah merengkuh pendidikan tinggi?

Toh akhirnya tidak selalu beriring dan berkorelasi dengan khitah rejeki

Titah bumi harus melakoni putaran waktu abadi, siang selalu berganti malam hari


Dalam kehidupan terlalu sering ditemui persimpangan jalan dan harus berhenti

Persimpangan tanpa rambu memaksa harus  menoleh kebelakang, kanan, dan kiri

Kadang-kadang takut dan cemas untuk terus  maju dan melaju nir henti 

Rasanya perjalanan ini semakin jauh, tapi semakin sulit menemukan titik tujuan untuk berhenti

Harapan terbesar  diujung akhir perjalanan nun jauh di sana, terjawab seluruh list ujub mimpi-mimpi.

(5u7o Penghujung Agustus 2021)



Rabu, 25 Agustus 2021

"Salah Kaprah" Tentang Vaksinasi, Hingga Ogah Divaksin Covid-19

 



Salah persepsi tentang vaksinasi atau dikalangan emak-emak lebih dikenal dengan imunisasi, akhirnya terseret-seret dalam  penyelenggaraan vaksinasi massal Covid-19; "Banyak orang berpikir, dulu ketika masih balita pernah mendapatkan imunisasi lengkap; hepatitis, polio, BCG, campak, DPT, HP-HIB, dsb. Itu dianggap sudak cukup. Berpikirnya dengan analogi  asuransi all risk yang ditawarkan sebagai jaminan perlindungan kendaraan terhadap semua resiko kerugian, tetapi nyatanya tidak seluruh resiko  kecelakaan dicover penuh oleh asuransi. Demikian halnya vaksin atau imunisasi, meski labelnya lengkap tidak mungkin melindungi seseorang dari segala macam penyakit hingga sepanjang hayat".

Belum lagi gangguan kecil karena  sebagian warga masyarakat masih  fobia dengan jarum suntik. Mereka ini jumlahnya tidak banyak, tetapi selalu memantik dan memancing perhatian di tengah vaksinasi massal. Mereka akan berontak hingga meronta-ronta histeris gara-gara tusukan jarum suntik. Itulah kondisi masyarakat kita, tambahan bumbu-bumbu informasi hoak tentang pandemi Covid-19 menjadikan vaksinasi terkesan menyeramkan. 

Orang baru berduyun-duyun ngantri vaksinasi karena ada anggota keluarga atau teman  yang terpapar dan terakhir karena pemerintah memberlakukan persyaratan masuk mall, kantor, restoran, hotel, atau tempat wisata harus mempunyai paspor digital dalam aplikasi PeduliLindungi. Jadi lucu juga orang mau vaksin karena takut tidak dapat masuk tempat-tempat tersebut. 

Di sisi lain, tekanan psikologis warga masyarakat dari waktu-kewaktu semakin berat, beban ekonomi menggunung karena adanya berbagai regulasi PSPB, PPKM, atau dalam arti ekstrim lockdown yang membatasi masyarakat untuk beraktifitas di luar rumah. Hantaman berat terjadi bertubi-tubi, apalagi mereka yang bekerja dengan penghasilan tidak menentu disektor-sektor ekonomi informal benar-benar merasa kepayahan. 

Pemerintah melalui pos APBN dari waktu-kewaktu terlihat mulai kesulitan mengalokasikan anggaran untuk bantuan sosial secara adil dan merata untuk seluruh masyarakat yang memang sangat membutuhkan. Semoga pandemi ini tidak semakin berlarut-larut karena akan membawa bangsa ini jatuh lebih dalam lagi. Masyarakat sudah lelah dengan berbagai kondisi "extra abnormal", dan segala aktifitas dibatasi. 

Semua orang sudah memimpikan kehadiran kembali waktu normal seperti sediakala, sayang sekali mimpi itu sepertinya juga harus dibuang-buang jauh-jauh. Perjuangan masyarakat dunia selama satu setengah tahun  berperang melawan Covid-19 masih jauh dari kata menang. Warga dunia sepertinya harus bersiap dengan kenormalan versi baru (new normal), suka atau tidak suka harus mengambil sikap realistis mau  berdampingan dengan pandemi yang belum diketahui pasti kapan akan enyah dari muka bumi ini. 5u7o

Nyanyi Sunyi Taman Piknik Selama Pandemi

 



Taman Piknik sesuai dengan namanya selalu menjadi tujuan utama   masyarakat Cipinang Melayu dan sekitarnya untuk melepaskan kepenatan dan kesumpekan usai beraktifitas di tengah hiruk-pikuknya keramaian Ibu Kota Jakarta. Tempat terbuka untuk umum ini, menawarkan ruang terbuka hijau yang cukup luas, tersedia  tempat bermain anak-anak, hamparan rumput yang luas cocok untuk duduk-duduk lesehan santai di bawah pepohonan rindang nan  teduh, hingga spot-spot menarik untuk swafoto.

Saban hari, apalagi pada hari week end tempat ini, tidak pernah sepi pengunjung, suara gelak tawa orang dewasa terdengar dimana-mana hingga  anak-anak yang berisik sembari bermain perosotan dan sarana wahana bermain lainnya yang terbilang koleksinya cukup komplit. Belum lagi keasyikan anak-anak baru gede (ABG) yang riang-gembira berswafoto  mengabadikan momen bahagia  mereka bersama-sama teman dan keluarga.

Sayang semenjak merebaknya Pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 lalu, canda-tawa, berisik anak bermain, dan senyum sumringah para muda-mudi remaja tidak pernah terdengar lagi.  “Kondisi sepi dan sunyi sudah terjadi satu setengah tahun terakhir, ya semenjak awal pandemi dengan diberlakukannya PSPB dan PPKM, pengelola memasang  papan larangan kunjungan oleh siapapun hingga waktu yang tidak pasti.” Kata salah seorang petugas keamanan kepada Sunu Johanes, baru-baru ini.

Semua pihak berharap bencana pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga pusat keramaian, obyek wisata, dan aktifitas kota lainnya segera pulih. Taman Piknik juga telah rindu oleh keramaian pengunjung, ingin menikmati kembali gelak–tawa, nyanyian gembira anak-anak kecil dengan anggota keluarga lainnya. Semoga dalam waktu tidak lama lagi taman ini,  tidak sunyi  sepi, kontras dengan geliat hingar-bingar kesibukan warga  Ibu Kota Jakarta. 5u7o

 

 


Selasa, 24 Agustus 2021

New Normal, Hidup Berdampingan Dengan Pandemi

 

Bagi bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan sesama yang berbeda (SARA)  bukan sesuatu yang asing karena  realitas Bangsa Indonesia terdiri dari aneka-ragam:  suku, agama, ras, dan antar golongan. Bahkan, itu sudah dideklarasikan oleh para founding fathers dengan semboyan   Bhineka Tunggal Ika.

Kini suka atau tidak suka,  rakyat Indonesia, bahkan dunia  dipaksa untuk berdampingan dengan Pandemi Covid-19. Ini lebih beresiko untuk individu masing-masing jika tidak ingin terpapar yang bisa berujung di ruang ICU rumah sakit  atau justru cepat-cepat mendiami  rumah masa depan 2.5  kali 1.5 meter persegi, alias taman pemakaman.

Pemerintah sepertinya sudah sangat kewalahan karena jumlah positif Covid-19 hingga akhir bulan Agustus  2021 sudah mencapai 4 juta jiwa lebih. Korban meninggal juga menjadi rekor dunia telah mencapai sekitar 130 ribu jiwa. Jumlah itu yang tercatat satgas yang tidak tercatat dipastikan juga tidak sedikit.

Selama 18 bulan pemerintah dan rakyat berjuang melawan penyebaran Covid-19, belum menunjukkan tanda-tanda berhasil mengenyahkan  Covid-19 dari bumi Indonesia. Menengok negara Jiran Singapura secara tegas sudah memproklamirkan diri, bahwa mereka telah menyiapkan new normal versi mereka sendiri.

Negara kota itu, telah melakukan vaksinasi terhadap sebagian besar warganya (80 persen lebih), toh belum bisa sepenuhnya mampu mengatasi masalah pandemi. Pemerintah Singapura sudah malahan telah  memposisikan pandemi Covid-19 sebagai  penyakit endemi yang dipastikan akan bertahan lama.

Membandingkan negara Indonesia  dengan Singapura dalam vaksinasi Covid-19 pasti akan jomplang. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar dan lingkupnya sangat luas, belum lagi kekuatan finansial untuk penanggulangan pandemi juga sangat terbatas.   Negri Singa hanya  berpenduduk sekitar 5,7  juta jiwa, tidak berdaya melawan kedigdayaan Covid-19.

Apa yang akan terjadi dengan bangsa Indonesia yang jumlah penduduknya sebanyak 270 juta jiwa lebih, tersebar dari ujung barat Pulau Sabang  sampai  Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Sepertinya tinggal tunggu waktu saja, kapan pemerintah Indonesia akan mengerek  bendera warna  putih – tanda sudah menyerah kalah.

Upaya pemerintah Indonesia dalam  vaksinasi Covid-19 massal --tahap satu dan dua-- masih jauh dari target membentuk herd immunity dengan target  aseptor mencapai 70 persen dari jumlah penduduk  atau sekitar 180 juta jiwa. Belum lagi upaya pencegahan penularan melalui kegiatan   3T (test, tracing, treatment) yang digencarkan pemerintah teryata masih bolong sana-sini. 5u7o



Jumat, 20 Agustus 2021

Si Cantik Danau Pilar Jati Belum Bersolek






Belahan Timur Kota Jakarta  (Jakarta Timur), hadir satu alternatif  alam gratis paling anyar - Waduk Pilar Jati. Sejatinya waduk (danau buatan) ini, masih berstatus "potensi" obyek wisata karena hingga kini pengerjaannya belum rampung, keburu ada bencana pandemi Korona (Covid-19). 

Keberadaannya tepat di dalam kompleks elit Perumahan TNI AU Waringin  Permai, Jalan Wirajasa, Keluruhan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar - perbatasan dengan Pondok Gede, Bekasi. Pesona waduk seluas 7.128 meter persegi, telah menjadi magnet bagi warga  sekitar untuk sekedar duduk-duduk bersama keluarga sembari menikmati keindahan sunset dan berseliweran pesawat menuju atau meninggalkan bandara HPK, olah raga jalan kaki atau berlari  ringan di tanggul waduk yang belum tertata apik. 

Ada juga warga yang  asyik memancing untuk menghilangkan kepenatan sumpeknya  kehidupan di Kota Metropolitan Jakarta. Kalau beruntung bisa mendapatkan ikan nila atau gabus penghuni rawa yang kini telah disulap menjadi waduk. Ibarat ada gula ada semut, kehadiran turis lokal dadakan turut mengundang kehadiran para pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai jenis makanan jalanan dan mainan anak-anak.

Mengutip metro.sindonews.com,  Pemprov DKI Jakarta mulai membangun Waduk Pilar Jati sejak awal tahun 2020 lalu dan ditargetkan rampung pada bulan September 2020 lalu. Itu menurut Walkot Jakarta Timur, M. Anwar ketika mengunjungi waduk (17/9/20) lalu. Ini menjadi  program prioritas Pemprov DKI Jakarta agar warga di sekitar waduk dapat terbebas dari ancaman bencana banjir yang selalu menghampiri  mereka setiap datangnya musim penghujan. 

Warga sekitar  berharap, waduk ini segera rampung pengerjaannya "bersolek" untuk bisa dinikmati kecantikan  sesungguhnya --pengerasan tanggul yang sekaligus menjadi sarana jogging track, tanaman perindang, pembenahan saluran got dari pemukiman warga setempat,dsb. Harapan terbesar, ketika datang musim penghujan warga sekitar dapat berkata: "good bye, banjir". 5u7o.


 






Muntilan - Betlehem "van Java", Magnet Dua Kota Beda Budaya

                                                                       Kolese Franciscus Xaverius (SMAPL) Van Lith (Ist) Kota Muntilan mend...